MATCH REVIEW 3:0
--MATCH REVIEW--
“LFC VS CITY 3:0, APA YANG SALAH?”
Liverpool kemungkinan sudah menjejakkan satu kakinya
di semifinal hanya dalam waktu setengah jam awal di Anfield. Selama 30 menit
pertama tekanan mereka membuahkan 3 buah kesempatan, menguasai bola di daerah
City tiap mereka mencetak gol.
(realsports101)
Pada menit 12, Mohamed Salah memanfaatkan peluang
setelah Kyle Walker gagal mengamankan bola dan membuat kesalahan saat menyapu
bola.
Delapan menit kemudian, Alex Oxlade-Chamberlain
menggandakan keunggulan lewat tendangan roket dari jarak 20 yard.
Salah kemudian mengumpan Sadio Mane yang berdiri
bebas, dan langsung menanduk bola kedalam gawang Ederson.
Liverpool mulai kelelahan dan tekanan mulai mengendur,
tapi Liverpool sudah memberi masalah yang cukup besar. Mereka memanfaatkan
keunggulan untuk menghalau harapan terakhir The Cityzens: minimal sebuah gol
tandang.
[5 HAL YANG KAMI PELAJARI]
1. MASALAH EROPA PEP GUARDIOLA?
Pertanyaan menyeruak saat starting line-up diumumkan.
Laporte di posisi bek kiri adalah sebuah perubahan besar, mengingat Pep hanya
sekali melakukan eksperimen ini. Memang saat itu rekor baru untuk possession
tandang dipecahkan di Goodison Park, tapi melawan Liverpool di Stanley Park,
pada babak Eropa, dengan melawan tekanan khas Jurgen Klopp situasinya total berbeda.
Ini belum termasuk Mohamed Salah dengan 37 golnya musim ini, bukan Theo
Walcott.
Memasang Ilkay Gundogan sebagai pelapis di tengah
alih-alih memasang ekstra penyerang, dengan mencadangkan Raheem Sterling juga
patut dipertanyakan: sebuah penyimpangan tidak umum yang sebelumnya sudah
berjalan baik musim ini.
Sebenarnya keputusan yang masih masuk akal bagi Pep.
Danilo tidak bisa dibilang tampil stabil, dan walaupun bisa diturunkan Fabian
Delph belum sekalipun menjadi starter sejak diusir keluar saat melawan Wigan
lebih dari enam minggu lalu. Apalagi, lawatan City terakhir ke Anfield harus
kebobolan 4 gol dan jadi kekalahan City satu-satunya sejauh ini di Liga Primer;
maka melapis lini tengah tidak sepenuhnya salah.
Sayang keputusan ini tidak berjalan semestinya.
Dominasi dan pengaruh lini tengah tidak terlihat dengan memasang Gundogan dan
Fernandinho bersamaan. Gugup, opera nasal-asalan dan habis ditekan, tidak hanya
gagal menguasai bola namun City juga harus menahan gempuran trio penyerang
Liverpool.
Malam yang tidak bersahabat bagi Sang Pria Catalan.
Memenangkan Liga Champions memang sulit. Tidak ada yang peduli karir
cemerlangnya dengan 2 Trophy Tertinggi Eropa bahkan baru bisa disamai Sir Alex
Ferguson dalam 27 tahun di Manchester United. Tapi bukan berarti usaha Pep
membangun tim dengan standar Eropa diacuhkan, City terlihat mampu bersaing di
Eropa, Pep hanya harus memvalidasinya dengan sebuah pencapaian.
2. ATMOSFIR BERPENGARUH – BUKAN?!
“Salah satu malam luar biasa yang biasa terjadi di
Anfield”
Mitos klise, lama, yang dikeluarkan oleh beberapa fans
brengsek. Tapi apakah mereka salah? City menang tos-tosan koin tapi anehnya memilih
babak pertama ke arah tribun The Kop.
Mungkin sulit dipercaya bagaimana atmosfir stadion
berperan tapi bukan tanpa alas an City sendiri yang berkontribusi meledaknya
semangat menyerang Liverpool di babak pertama, atau setidaknya permainan
defensive mereka di babak kedua yang tersulut oleh para fans fanatik Liverpool.
Bagi klub-klub Eropa, melawat ke Anfield selalu
dihiasi aura yang mengancam. Efek yang juga dimiliki Sevilla, Dortmund atau
Besiktas - tidak berlebihan kan Anfield
sejajar dengan nama-nama tersebut?
Walaupun menebarkan atmosfir dengan cara negatif pada
kultur sepakbola yang maju belakangan mungkin dianggap menandakan antusiasme
yang salah.
Perusakan bis pasukan City, mungkin disisi lain
menunjukkan betapa besar dedikasi dan dukungan mereka untuk klub dan pelatih
yang mereka bela.
3. LIMA TAHUN SETELAH MENJUNGKALKAN MADRID, MASIH DI
LEVEL YANG SAMA.
Pencapaian paling diingat Jurgen Klopp adalah saat
menjuarai Liga 2011 dan double domestik 2012 lalu saat bersama Borussia
Dortmund.
Namun ternyata di tahun berikutnya – 2013 – saat filosofinya
tergambarkan pada satu laga. Menghajar Real Madrid 4-1 (walaupun setelahnya Madrid
yang memenangkan 3 dari 4 laga terakhir mereka berdua), dan memastikan pantas
tampil di Final Liga Champions.
Sergio Ramos, Pepe, dan Raphael Varane gagal meredam
Robert Lewandowski yang hanya butuh 17 menit babak kedua untuk mencetak 3 gol. Mereka
memang tidak mampu menahan Madrid sepanjang laga, tapi cukup menyulitkan hingga
Madrid hanya mampu mencetak 1 gol.
Seperti pernah lihat?
Penampilan Liverpool semalam adalah penampilan terbaik
dibawah asuhan Klopp, juga eksekusi identitas Klopp paling sempurna sejak malam
mengejutkan di Signal Iduna Park saat itu.
Tekanan di daerah City yang brutal sangat efektif dan
tidak ada pertunjukkan dari cetak biru sang arsitek Klopp yang lebih spesifik
selain gol yang dicetak melalui pola berulang: dari pemain Liverpool, langsung
ke daerah City, kemudian umpan ke pencetak gol.
Sekali lagi, mereka tidak bisa menjaga intensitas
tekanan selama pertandingan namun mereka mencetak gol yang lebih dari cukup dan
bertahan untuk melindungi keunggulan.
4. MANCHESTER CITY BELUM AKAN MENYERAH
Mari lihat laga kandang awal pertama City musim ini,
ditahan Everton 1-1, mereka gagal menang (abaikan kekalahan tidak penting
melawan Basel, belum lama ini).
Setelahnya, City memenangkan 20 laga beruntun dengan
61 gol! 7 melawan Stoke, 5 untuk Leicester, dan 4 untuk Tottenham – dan tentu
saja – 5 untuk Liverpool. Kehebatan yang sering City tunjukkan.
Pep juga tidak asing untuk urusan membalik keadaan.
Melawan Juventus di perempat final 2016, Bayern Munich mencetak 2 gol di 20
menit akhir – dan 2 lagi di babak tambahan – untuk mengubah keunggulan melawan
Kekasih Italy tersebut. Musim sebelumnya kekalahan 3-1 di Porto dibalik jadi
6-1 di Munich.
Anfield mungkin penuh mitos, tapi angka membuktikan
Etihad Stadium yang jadi kandang tersulit dimenangkan tim Eropa musim ini. Ada
keraguan besar atas rekor tandang Pep di Eropa, tapi tim-tim besutannya seslalu
sulit dikalahkan di markasnya.
5. LIVERPOOL MAMPU BERTAHAN
Seringkali musim ini, Liverpool gagal mempertahankan
keunggulan. Yang paling diingat di Emirates, dari 2-0 tapi berakhir dengan 3-2,
dan di babak grup membiarkan Sevilla menahan 3-3 setelah unggul 3-0.
Bahkan saat terakhir melawan City di Liga, dari unggul
4-1, mereka kebobolan 2 goal telat dan hamper saja membuang 3 poin. Mengulangnya
lagi maka semifinal jadi taruhannya.
Liverpool bisa 6 clean sheet dari 9 laga terakhirnya.
Virgil van Dijk mulai menunjukkan kualitas £70 juta nya dan kepemimpinan
bertahannya mulai terlihat.
City sedang mencoba memecahkan rekor gol Liga Primer,
dan hanya gagal mencetak gol di 2 laga pada semua kompetisi musim ini.
Tapi Liverpool sangat terorganisir dan berkomitmen –
bahkan menahan City mencatat tembakan mengarah. Dan itu pola pertahanan
sesungguhnya yang diperagakan pada babak kedua – bukan menahan bola didepan dan
terus menekan, namun siap di belakang dan menjawab semua serangan City.
Alex Oxlade-Chamberlain membantu melapis
Alexander-Arnold, yang tampil brilian dan menjawab semua kritik pedas yang
dilempar sebelumnya.
Andrew Robertson juga tampil nyaman. Sedangkan Lovren
dan Van Dijk mulai menunjukan kerjasama kohesif.
♣♦JONI KEMPET♥♠
Comments
Post a Comment